Rabu, 08 Desember 2010

surat ke-enam ...'rindu'

Nak, sudah hampir sebulan kita tak bertemu. Kata Ibumu kau sudah tambah besar dan lebih sering bergerak.Usiamu sudah masuk bulan kelima dalam kandunganya. Nak, aku rindu padamu dan ibumu. Ini soal harga diri, aku sudah berjanji untuk menyelesaikan apa yang aku mulai, maka sabarlah wahai anakku. Kelak kau akan tau tentang arti sebuah pilihan dan janji.

Nak, janji ini sangat menentukan nasib keluarga kita kedepan. Seperti yang pernah kukatakan dalam beberapa tulisanku “aku tak ingin saat ambulans terakhir datang untuk menjemput akhir hidupku aku hanya bisa berkata andaikan aku mengambil jalan yang sesuai takdirku mungkin aku tak begini”. Itulah hidup nak, lakukanlah apa yang menjadi kata hatimu jangan pernah menyerah dan jadilah apa yang kau mau!

Nak, diluar sana ayahmu ini terkadang masih dianggap anak kecil, ngana kodi (dalam bahasa kailinya) aku tak mau itu nak. Aku telah punya kau dan ibumu, aku mau takdir keluarga kita bukan berakhir di balik seragam hijau itu. Aku mau dunia menoleh pada kita, karena takdir sejarah yang kita tulis sendiri. Aku punya mimpi besar tentang kau dan ibumu, tapi itu terserah kalian. Dengan kedua tangan ini aku mempersiapkan segalanya lebih cepat dari usiaku karena aku sedang mengejar mimpiku,cita-cita, dan harapan besar yang kutulis dari alam bawah sadarku sejak aku masih SMU.

Nak ketahuilah mimpi selalu memiliki kekuatan, maka kau harus sabar menjalani segala mimpi yang kau punya, jangan pernah menyerah untuk mengejar setiap keinginanmu karena hidup tidak seindah apa yang kau pikirkan.

Nak, ayahmu ini sedang belajar menjadi petarung, dan selalu menikmati pertarungan dalam hidupnya termasuk bertarung melawan dirinya sendiri. Untuk itu jadilah petarung juga, jangan pernah menunduk pada siapapun karena kau pasti bisa lebih dari yang lain maka kauatkanlah impianmu karena kau pasti bisa menggapainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar