05 Desember 2010 jam 23:11
Nak akhirnya kau dapat kami sentuh. Sabtu, 4 Desember pukul 8.30 tahun 2010 kau meneriakan tangis pertamamu di rumah sakit Ibnu Sina Makassar. Hufff..., Nak kau memang layak untuk istimewa, selain ribuaan karunia menjelang kelahiranmu.Proses persalinan sebelum kau dilahirkan juga begitu tak biasa.
Ali Ridho akan kuceritakan beberapa peristiwa sebelum akhirnya kau dilahirkan, semoga kelak kau tau betapa istimewanya kau bagi aku dan ibumu ;
jumat pagi pukul 8.30.
Hatiku gelisah setiap kali melihat ibumu yang tak menampakan tanda-tanda kontraksi padahal waktu dan bulan telah menunjukan kurang 2 hari lagi usia kandungan ibumu 42 minggu. Kakaku (Pamanmu) yang sedang berada di Tanah Suci , kebetulan sedang berdoa di Raodah mengirimkan SMS menanyakan dirimu dan ibumu. Aku semakin gelisah, karena aku selalu percaya ketajaman insting pamanmu yang menurtku selalu luar biasa mengenai hal seperti itu, termasuk menebak diawal kehamilanmu bahwa kau laki-laki.
jumat pukul 9.50
aku berdiskusi dengan ibumu mengenai kegelisahanku. dan setelah solat jumat aku berjanji akan bersama-sama chekup di rumah sakit bersalin pertiwi.
jumat pukul 14.00
Aku tak berhenti melirik jam tanganku saat beradi di angkot, mengukur berapa waktu yang dibutuhkan antara rumah di sudiang dengan rumah sakit pertiwi tempat rencana persalinanmu,termasuk melakukan kalkulasi jika kami melewati jalan tol dengan menggunakan Taxi. Hasilnya dengan menggunakan pete-pete bisa menghabiskan waktu sekitar 45 menit dan sekitar 30 menit jika menggunakan taxi dan melalui jalan toll.
Jumat 14.45
kami sampai dirumah sakit pertiwi dengan niat sekedar chek up, tapi tak ada tanda-tanda dokter dan kebetulan hari sudah sore apalagi hari jumat. Kami hanya masuk ke ruang UGD bertanya pada seorang petugas jaga mengenai mekanisme pengurusan adimistrasi jika melakukan persalinan, termasuk sarat penggunaan askes yang kami punya.
Jumat 15.25
aku melirik ibumu yang terlihat santai dan sesekali bertanya berbagai hal, kalau-kalau minggu depan akan melahirkan disana.Kami memutuskan untuk mengambil taxi dari tugu mandala sampai didepan MTC karebosi untuk melanjutkan perjalanan ke Sudiang dengan menggunakan angkot. Hampir satu jam aku dan ibumu berdiri namun tak ada satupun pete-pete sudiang yang datang. Maka aku putuskan kepada ibumu untuk mengambil jalur pete-pete BTP sekalian chekup dengan dokter ibumu.
Jumat 16.30
kami tiba di BTP dengan menggunkan angkot dan teryata dokter syahruni baru membuka praktek pukul 18.30. Sambil menanti jam praktek dokter, kami berdua menghabiskan waktu dengan menikmati es teler BTP tempat biasa kami menghabiskan waktu di sore hari.
Jumat 19.00
Terlambat tiga puluh menit dokter spesialis kandungan Syahruni baru saja tiba di ruang prakteknya. Ibumu sudah lama menantikan karena kegerahan, sementara aku harus menghentikan setengah bab novel negara kelima Esito yang sedang kubaca. Sahabatku Andi Madukelleng juga sudah tiba ada janji yang mesti kami selesaikan malam itu.
jumat 19.20
Keringatku mengucur deras, tangis ketakutan ibumu tak lagi bisa tertahan pasalnya dilayar USG air ketubanmu nampak begitu keruh. Belum lagi penjelasan dokter bahwa ketuban ibumu sudah beberapa hari pecah tanpa kami sadari, dan ibumu tidak mengalami kontraksi sama sekali. Sebuah surat rujukan oprasi jam delapan pagi besok adalah jawabanya. aku berusaha untuk tenang dan membesarkan hati ibumu yang sangat galau sambil berujar "oke dok oprasi besok pagi".
Taxi seolah berjalan lambat saat kami menuju rumah mengambil koper persiapan persalinanmu yang sudah disiapkan ibu sekitar sebulan lalu. didalam rumah nampak kehawatiran diwajah nenekmu, ibu dari ibumu saat aku jelaskan bahwa besok harus oprasi.
Sementara kakekmu lelaki luar biasa itu nampak tenang dan matanya menguatkanku. Tanpa banyak meminta persetujuan lagi setelah koper ditangan, Taxi segera meluncur menuju ibnu sina.
jumat 20.30
Dokter rumah sakit kaget saat menanyakan mana ibu yang mau bersalin, karena ibumu begitu tenang duduk santai diruang tunggu.
jumat 22.30
dikamar VIP rumah sakit Ibnu Sina kami saling berpandangan. Ibumu begitu tenang menghadapi apa yang dirasakan, sambil berkata "akan ku cintai anakku ini, tak pernah ada kesusahan yang kurasakan"! Aku tersenyum sambil membelai kepalanya disaat seperti ini kami berdua harus menghadapi segalanya, tak ada keluarga, kecuali sahabat setiaku akel yang selalu sigap menemani.
Ada haru yang kurasakan pada akhirnya kami mesti saling menguatkan!
Jumat 23.30
dokter memberikanku sampel darah ibumu untuk diantar menuju Unit Transfusi Darah (UTD), sekedar berjaga-jaga kalau-kalau pendarahan akan terjadi.
jumat 24.00
diruangan UTD aku menanyakan apakah golongan darah ibumu, apakah memiliki stok disana? setelah diperiksa Alhamdullilah teryata ada, terima kasih Ya Rabb,
aku merenung mungkin kebiasaanku mendonorkan darah ketika mahasiswa dulu kini kau balas dengan cepat.
Sabtu pukul 1 dini hari
Lima orang sahabatku telah berkumpul dirumah sakit Adam, Reza, Asri Abdullah, Asad dan akel duduk mengitariku memberi semangat dan bertanya kalau-kalau ada yang kubutuhkan. Asri Abdullah seorang juniorku di ukpm yang selalu saja kuanggap adik sendiri, kuberi tugas untuk menjaga di UTD kalau-kalau darah dibutuhkan.
sabtu pukul 8 pagi
nenekmu tak berhenti panik dan menangis. Sementara kakekmu dengan matanya yang lembut terus meyakinkanku bahwa pilihan ini benar. Perlahan aku ikut mendorong kursi roda ibumu menuju kamar oprasi, berbagai doa aku bisikan ditelinganya. ia terlihat tenang setelah membaca doa Nadi Ali Kabir dari kitab Zaad Al-Maad karya Allamah Al-Majilisi R.A. Nadi Aliyyan Mazhharol-ajaa-ib. itulah awal doa itu yang berarti "paggilah Ali yang ditampakkan kepadanya berbagai keajaiban"!
sabtu 8.30
seorang dokter keluar membawa bayi ditangganya, pikiranku masih melayang kesana kemari, gelisah menantikan apa yang terjadi didalam sana. Lelaki disebelahku yan juga menanti kabar ayahnya yang sedang dioprasi menegurku anakta itu pak! aku berlari mengejarmu menuju ruang anak, seorang suster mengajakku masuk untuk azan ditelinggamu. Tangganku gemetar anakku, Tuhan Maha Mulia Dirimu Yang Menciptkan Manusia dengan Segala Kesempurnaanya.
Sabtu 9.30
ibumu tersenyum namun masih nampak lemas ketika keluar dari kamar oprasi, dia hanya berbisik ia memang Ali ,tak ada sakit sama sekali....Tajidhu awnan laka fin-nawa ib, Lii ilallohi hajjatii wa alayhi mu awalil ( pasti akan kudapati dia sebagai penolong bagimu dalam berbagai bencana penderitaan, Hanya kepada Allah-lah kumohon keperluan bagi diriku hanya kepadaNyalah sandaran diriku)
Tanya dong...Alamat dr syahruni d BTP d bgian mn? Itu dr cew khan?
BalasHapusTerharu pak.. memang doa nadi ali kabir bnyk skli manfaatnya dan sy jg merasakannya.. semoga putra bapak menjadi putra yg sholeh.. aamiin
BalasHapus