Rabu, 08 Desember 2010

surat ke-sembilan ' Kahlil Gibran'

17 September 2010 jam 3:05

ANAKMU bukan anakmu !

“Anak adalah kehidupan, mereka sekedar lahir

melaluimu tetapi bukan berasal darimu.

Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,

curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan pikiranmu

karena mereka dikaruniai pikirannya sendiri.

Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya, karena

jiwanya milik masa mendatang, yang tak bisa kau datangi

bahkan dalam mimpi sekalipun.


Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah

menuntut mereka jadi seperti sepertimu.

Sebab kehidupan itu menuju ke depan, dan

tidak tenggelam di masa lampau.


Kaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang melucur.

Sang Pemanah mahatahu sasaran bidikan keabadian.

Dia menentangmu dengan kekuasaanNya,

Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.

Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,

Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat

Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap”.


Kahlil Gibran


Nak, aku bergetar setelah tanpa sengaja diantarkan kembali pada puisi ini. Ingin rasanya mengugat baris pertama puisi Gibran “Anak adalah kehidupan, mereka sekedar lahir melaluimu tetapi bukan berasal darimu". Tak bisa kubayangkan apakah petikan puisi ini benar jika menyaksikan segala beban yang kini dihadapi ibumu?

Dengan tubuhnya yang mungil, ia membawamu turut serta kemana saja,terkadang berbicara denganmu seolah-olah engkau sudah berwujud. Nak dia mencintaimu tanpa syarat!

Sementara ayahmu ini hanya bisa berujar 'sabar'tanpa pernah dapat membagi apa yang kini dirasakan ibumu. Nak, ketahuilah semenjak mengetahui dirimu telah ada, ibumu bertanya padaku apakah mesti harus tetap bekerja atau tidak ?

AKu hanya bisa 'diam' membiarkan dirinya mengambil pilihanya sendiri. Akhirnya dengan bijak ia mengambil keputusan itu, walau aku tau sulit untuk meninggalkan pilihan hidup yang sudah dijalaninya hampir 6 tahun lebih.

Aku mengenalnya dengan baik, seorang wanita yang selalu siap berkorban bagiku, kali ini ia kembali berkorban untuk kita berdua. Meninggalkan segala rutinitas pekerjaanya. Aku dapat membaca dari matanya sebuah kesedihan,tapi dengan tegar dia berkata Aku kini telah menjadi seorang istri dan juga seorang ibu, aku tak ingin menukarkan ini dengan apapun!

itulah ibumu nak, seorang wanita dengan segala ketegaran dan kelembutanya.Kini dengan pilihanya itu ia memilih tinggal dirumah mempersiapakan masa persalinanmu dengan baik, tak ada keluh dari bibirnya tapi aku mampu membaca kelelah dari setiap bulir keringatnya ketika melangkah. Betapa berbahagianya dia nak, kau adalah harapan hidupnya yang diajaknya berbicara, bercanda dan sesekali tertawa, ketika kau bergerak didalam rahimnya ia selalu saja tersenyum bahagia, senyum seorang ibu, Bagaimana mungkin Gibran bisa berkata anakmu bukan anakmu?

Nak, Ketahuilah banyak hal yang berubah dari caraku memandang hidup semenjak oleh dunia medis kau dinyatakan ada. Aku semakin sadar bahwa Allah dengan Maha Kesempurnaanya telah menyusun sebuah siklus luar biasa dalam perjalanan manusia. Aku terkadang berpikir, bagaimana mungkin didalam sebuah tubuh bersemayam dua detak jantung yang saling bersatu, merasa dan berbagi. Apa yang masuk kemulutnya ikut pula kau rasakan, aku kemudian menjadi yakin tentang naluri seorang ibu. Mungkin itulah sebab dalam jarak kejauhan dan tanpa saling bertemu seorang ibu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar