03 November 2010 jam 21:24
Nak,kehidupan adalah perlombaan! Mungkin inilah zaman yang dinginkan oleh kapatilisme.Ketika kita semua adalah bagian dari kompetisi yang mesti saling beradu cepat,bertanding kekayaan, dan saling memanfaatkan untuk memperbesar ekspolitasi diberbagai bidang kehidupan.Nak kau tak beruntung lahir di zaman ini, karena segalanya akan diukur dengan berbagai ukuran materialisme.
Siapa kita? adalah apa yang kita miliki dalam wujud kebendaan.Bukan kapasitas dan isi kepala yang kita bawa.Niatan refleksi tangung jawab moral dan sosial yang ingin kau wujudkan bagi dunia baru akan menjadi hal yang aneh bagi manusia zaman ini.
Nak sebuah refleksi kecil baru saja kualami hari ini, seperti yang sudah kutulis sebelumnya (rumah kertas yang harus kita tinggalkan) maka aku dengan seorang sahabatku berusaha mencari kontrakan baru setidaknya sebuah benteng perlindungan yang lebih baik dari rumah kertas. Selain aku dan sahabatku itu (Akel) seorang teman kuliah s2 menawarkan sebuah tempat yang katanya menghadap matahari dengan berbagai tetek bengek penjelasanya tentang keberuntungan. Dengan bersemangat aku menyambut baik penjelasan kawanku itu, walhasil teryata ketika sampai dirumah yang ditunjukan hatiku begitu tersayat sebuah rumah dengan genteng yang bocor dan dua kamar tidur yang kacau balau, lengkap dengan lantai keras merupakan isi rumah matahari itu.Aku terpukul, apalagi melihat halaman depannya selokan air limbah menjarah sampai kebibir lantai teras yang langsung menuju pintu depan... Masya Allah!
Nak,aku tak sangup menitipkan dirimu dan ibumu ditempat seperti ini.Hatiku terbakar!Demi Tuhan aku bukan dari keluarga yang kaya tapi setidaknya aku lahir disebuah rumah yang layak! Apakah aku sehina itu dimata kawanku itu ? Nak ketahuilah kau adalah mata air cintaku, apapun akan kulakukan bagi dirimu agar kau selalu mendapatkan yang terbaik walau mungkin mesti berkompromi dengan zaman ini.
Sesampainya dirumah aku merenung,siapakah aku nak ?aku juga bukan apa-apa, mengapa mesti merasa terhina dengan apa yang dilakukan oleh kawanku itu ? mungkin dia masih membayangkan seorang mahasiswa dengan kaos hitam dan jeans sobek beralas sandal jepit .Mungkin kawanku itu masih berpikir aku masih ingin berkarib dengan malam dan lantai kasar pusat mahasiswa sembari berdiskusi tentang filsafat.Jadi tak masalah bukan, karena mungkin itulah penilianya padaku karena sampai saat ini aku belum naik mobil fortuner dengan Hendphone keluaran terbaru dan aku memang masih berkarib dengan lantai, setidaknya dengan kasur tips yang walau tak hangat lebih baik dari lantai pusat kegiatan mahasiswa dulu.
Aku tertawa sendiri membayangkan kejadian yang baru saja terjadi sembari berpikir inilah zaman edan itu, ketika kau dilihat dari apa yang kau pakai bukan sejauh mana kapasitasmu terus bergerak. Semestinya aku juga mesti sadar bahwa uang kita juga terbatas untuk menyewakan rumah yang layak apalagi mewah.Tapi sudahlah, besok aku mesti bangun lagi mencari benteng yang aman bagimu dan ibumu......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar